Jumat, 24 Juni 2016

batalkan puasa, ganti?


[14:48 20/06/2016] ‪+62 882-6169-****:

Bismillah,
Afwan Ustadz mau tnya:

1.Bgmnkah puasa org yg tdk sholat apakah dia mndapatkan pahala puasanya?

2. Ketika seseorg sengaja u/ tdk berpuasa tanpa udzur apakah dia wajib mngganti puasa tsb.?

3. Bgmna hukum berjualan di selasar (teras/ beranda) masjid...?

*pertanyaan ttipan.
جزاكم الله خيرا

[17:21 21/06/2016] أبوالمنذر مجاهد الأندونيس:

 2. Ketika seseorg sengaja u/ tdk berpuasa tanpa udzur apakah dia wajib mngganti puasa tsb.?

Tidak dan kewajibannya adalah taubat dan memperbanyak puasa sunnah
Udzur mengganti puasa terbatas pada sakit dan safar saja alloh a'lam

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. Albaqoroh 185

Alloh a'lam


[21:46 21/06/2016] ‪+62 882-6169-****: جزا ك الله خيرا أستاذ



[16:04 22/06/2016] ‪+62 822-4552-****:

 ✔✔ *YANG ROJIH dari beberapa pendapat dari Ahlul ‘Ilmi adalah apa yang dirinci oleh Asy-Syaikh Ibnu Utsaimîn rohimahullôh. Yaitu dengan dua perincian:*
1⃣PERTAMA: Diharuskan qodho’ kalau misalkan dia puasa kemudian ditengah-tengah hari dia puasa berbuka tanpa ada udzur, maka baginya dosa serta mengqodho hari yang dimana dia berbuka puasa.
2⃣KEDUA: Tidak ada qodho’ kalau ia meninggalkan puasa dari awalnya secara sengaja tanpa ada udzur pada siang hari di bulan Romadhôn.

🛍⏱Dan hendaknya juga ia bertaubat serta memperbanyak amal sholih, istighfar dan banyak-banyak berpuasa sunnah.

Maka kita tutup pembahasan ini dengan faedah dari Imâm Adz-Dzahabî rohimahullôh:
وَعِنْدَ الْمُؤْمِنِينَ مُقَرَّرٌ أَنَّ مَنْ تَرَكَ الصَّلَاةَ وَالصَّوْمَ أَنَّهُ شَرٌّ مِنْ الزَّانِي وَمُدْمِنِ الْخَمْرِ بَلْ يَشُكُّونَ فِي إسْلَامِهِ وَيَظُنُّونَ بِهِ الزَّنْدَقَةَ وَالْإِلْحَادَ ..
“Di sisi kaum mu’minin telah ditetapkan bahwa barang siapa yang meninggalkan sholat dan puasa, maka ia lebih jelek daripada seorang pezina dan pecandu minuman keras. Bahkan dipertanyakan tentang keislamannya, dan ditertuduh dengan zandaqoh (kemunafikan) dan ilhâd (penyelewangan).” [lihat “Al-Kabâ’ir” (hal.64)]

🖌Abû Muhammad Fuad Hasan bin Mukiyi, Romadhon 1437 Hijriyyah.📖


[22:38 22/06/2016] أبوالمنذر مجاهد الأندونيس:

 اللهم بارك
جزاك الله خيرا


[16:00 22/06/2016] ‪+62 822-4552-***: بِسم الله الرَّحْمَن الرَّحِيم

🍱🍹 *PEMBAHASAN TENTANG HUKUM ORANG YANG BERBUKA PUASA DENGAN MAKAN DAN MINUM SEBELUM WAKTUNYA DI BULAN ROMADHON* 🌅

✍🏼الْحَمْد لله الَّذِي أعظم علينا الْمِنَّة بِالْإِسْلَامِ وَالسّنة، ووفقنا بفضله لِلِاتِّبَاعِ، وعصمنا برحمته من الابتداع.
وَصلى الله على مُحَمَّد سيد الْمُرْسلين، وَإِمَام الْمُتَّقِينَ، وَخَاتم النَّبِيين، أما بعد

📌Perlu kita ketahui bersama bahwa berbuka puasa pada bulan Romadhôn sebelum waktu berbuka adalah dosa besar. Sebagaimana hadits Rosulullôh shollallôhu alaihi wa sallam bersabda:
...ثُمَّ انْطُلِقَ بِي فَإِذَا أَنَا بِقَوْمٍ مُعَلَّقِينَ بِعَرَاقِيبِهِمْ مُشَقَّقَةٌ أَشْدَاقُهُمْ تَسِيلُ أَشْدَاقُهُمْ دَمًا قَالَ قُلْتُ : مَنْ هَؤُلاَءِ قَالَ : هَؤُلاَءِ الَّذِينَ يُفْطِرُونَ قَبْلَ تَحِلَّةِ صَوْمِهِمْ....
“Kemudian aku dibawa, maka akupun melihat suatu kaum yang digantung dengan tali urat mereka yang terbelah samping mulut mereka yang meneteskan darah, maka aku berkata: “Siapakah mereka?” ia menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang berbuka sebelum waktu berbuka puasa.” [HR. An-Nasâ’i dalam Al-Kubro” (2/246) dari Abî Umâmah rodhiyaAllôhu ‘anhu, dan hadits dishohihkan oleh Al-Albânî dan Al-Wâdi’î].

☘Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyyah rohimahullôh mengatakan:
مَنْ أَفْطَرَ عَامِدًا بِغَيرِ عُذْرٍ كَانَ تَفْوِيتُهُ لَهَا مِنَ الكَبَائِرِ. اهـ.
“Barang siapa berbuka (puasa) secara sengaja tanpa ada udzur, maka menyepelekan hal tersebut termasuk dari dosa besar.”

☘Asy-Syaikh Al-Albânî rohimahullôh mengatakan:
أَقُولُ: هَذِهِ عُقُوبَةٌ مَنْ صَامَ ثُمَّ أَفْطرَ عَمْدًا قَبْلَ حُلُولِ وَقْتِ الإِفْطَارِ، فَكَيْفَ يَكُونُ حَالُ مَنْ لاَ يَصُومُ أَصْلاً؟! نَسْأَلُ اللهَ السَّلَامَةَ وَالعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا والآخِرَةِ.
“Aku katakan: ini adalah hukuman bagi orang yang berpuasa kemudian berbuka secara sengaja sebelum waktu dibolehkan berbuka, maka bagaimana dengan keadaan orang yang tidak puasa sama sekali?! Kita meminta keselamatan dan ‘afiyah di Dunia dan Akhirat.” [lihat “Shohîh Mawârid Dzom’ân” (2/199)].
[16:00 22/06/2016] ‪+62 822-4552-****: ❗🔨Telah datang sebuah hadits tentang ancaman bagi orang yang sengaja berbuka pada siang hari di bulan Romadhôn.
مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ وَلَا مَرَضٍ لَمْ يَقْضِهِ صِيَامُ الدَّهْرِ وَإِنْ صَامَهُ .
“Barang siapa berbuka puasa pada bulan Romadhôn tanpa ada udzur (alasan) dan tidak pula sakit, maka tidaklah bisa ia menggantinya dengan puasa selama-lamanya, kalau ia berpuasa.” [Hadits disebutkan oleh Al-Bukhôri secara ta’liq dengan shigoh tamrîdh]

Ibnu ‘Abdil Barr rohimahullôh mengatakan:
«وَهُوَ حَدِيْثٌ ضَعِيْفٌ ، لاَ يُحَتَجُّ بِمِثْلِهِ»
“Itu adalah hadits yang dho’îf, tidak (bisa) dibuat hujjah dengan yang semisalnya.” ([At-Tamhîd” (7/173)]

Al-Albânî rohimahullôh mengatakan:
«الحَدِيْثُ ضَعِيْفٌ ، وَقَدْ أَشَارَ لِذَلِكَ البُخَارِيُّ بِقَولِهِ : "وَيُذْكَرُ" ، وَضَعَّفَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ فِي صَحِيْحِهِ وَالمُنْذِرِي وَالبَغَوِي وَالقُرْطُبِي وَالذَّهَبِيّ وَالدَّمِيْرِي فِيْمَا نَقَلَهُ المُنَاوِي».
“Hadits tersebut dho’îf, telah diisyaratkan hal tersebut oleh Al-Bukhôri dengan ucapannya: (dan disebutkan), hadits telah didho’îfkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam shohihnya, Al-Mundzirî, Al-Baghwî, Al-Qurthubî, Adz-Dzahabî dan Ad-Damîrî sebagaimana di nukilkan oleh Al-Munâwî.” [lihat “Tamâmul Minnah” (hal.396)]

🔵Adapun makna hadits tersebut adalah apa yang disebutkan oleh Imam Al-Baghowî rohimahullôh:
هَذَا عَلَى طَرِيقِ الإِنْذَارِ وَالإِعْلامِ بِمَا لَحِقَهُ مِنَ الإِثْمِ، وَفَاتَهُ مِنَ الْأَجْرِ، فَالْعُلَمَاءُ مُجْمِعُونَ عَلَى أَنَّهُ يَقْضِي يَوْمًا مَكَانَهُ.
“Hadits ini maknanya dengan cara peringatan dan pemberitahuan terhadap apa yang dia dapati dari dosa dan apa yang dia lewatkan dari pahala. Maka para ‘Ulama telah bersepakat bahwasanya wajib baginya untuk mengganti hari yang ia tinggalkan.” [lihat “Syarhus Sunnah” (6/290)]

💥 *Para salaf berselisih dalam hal wajibnya menqodho bagi yang berbuka puasa di siang hari pada bulan Romadhôn;*

📝‘Ali bin Abî Thôlib mengatakan:
«مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مُتَعَمِّدًا لَمْ يَقْضِهِ أَبَدًا طِوَالَ الدَّهْرِ»
“Barang siapa berbuka puasa pada bulan Romadhôn dengan sengaja, ia tidaklah bisa menggantinya selama-lamanya, sepanjang waktu.” [AR. Ibnu Abî Syaibah (no.12571)]

📝Abu Huroiroh rodhiyaAllôhu ‘anhu mengatakan:
«مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ رُخْصَةٍ لَمْ يُجْزِهِ صِيَامُ الدَّهْرِ»
“Barang siapa berbuka puasa pada bulan Romadhôn tanpa ada rukhshoh (keringanan) maka tidaklah bisa ia menggantinya dengan puasa selama-lamanya.” [AR. Ibnu Abî Syaibah (no.12569)]

📝'Abdullôh bin Hârits mengatakan:
«مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مُتَعَمِّدًا مِنْ غَيْرِ سَفَرٍ، وَلَا مَرَضٍ، لَمْ يَقْضِهِ أَبَدًا، وَإِنْ صَامَ الدَّهْرَ كُلَّهُ»
“Barang siapa berbuka puasa pada bulan Romadhôn dengan sengaja tanpa karena safar dan tidak pula sakit, ia tidaklah bisa menggantinya selama-lamanya, walaupun ia puasa setahun penuh.” [AR. Ibnu Abî Syaibah (no.12570)]
[16:01 22/06/2016] ‪+62 822-4552-****: 📝عَنْ عَامِرٍ، فِي الَّذِي يُفْطِرُ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ، قَالَ: «يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ، وَيَتُوبُ إِلَيْهِ، وَلَا يَعُدْ، وَيَقْضِي يَوْمًا مَكَانَهُ»
Dari ‘Âmir tentang orang yang berbuka sehari dari bulan Romadhôn, ia berkata: “Beristighfar kepada Alloh, bertaubat kepadanya, dan tidak mengulangi hal tersebut serta mengqodho hari yang telah ia tinggalkan.” [AR. Ibnu Abî Syaibah (no.12572)]

📝عَنِ ابْنِ الْمُسَيِّبِ، فِي الرَّجُلِ يُفْطِرُ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مُتَعَمِّدًا، قَالَ: «عَلَيْهِ صِيَامُ شَهْرٍ»
Dari Ibnu Musayyib tentang orang yang berbuka sehari dari bulan Romadhôn secara sengaja, ia berkata: “Hendaknya ia puasa sebulan.” [AR. Ibnu Abî Syaibah (no.12573)]

📝عَنْ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: «عَلَيْهِ صِيَامُ ثَلَاثَةِ آلَافِ يَوْمٍ»
Dari Ibrôhîm berkata: “Hendaknya ia puasa 3000 hari.” [AR. Ibnu Abî Syaibah (no.12574)]

عَنْ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: «يَتُوبُ، وَيَسْتَغْفِرُ، وَيَصُومُ يَوْمًا مَكَانَهُ»
Dari Ibrôhîm berkata: “Hendaknya ia bertaubat, beristighfar dan puasa sehari yang ia tinggalkan.” [AR. Ibnu Abî Syaibah (no.12576)]

📝عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، فِي رَجُلٍ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مُتَعَمِّدًا، قَالَ: «يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ مِنْ ذَلِكَ، وَيَتُوبُ إِلَيْهِ، وَيَقْضِي يَوْمًا مَكَانَهُ»
Dari Sa’îd bin Jubair tentang orang yang berbuka puasa sehari dari bulan Romadhôn secara sengaja, beliau berkata: “Beristighfar dari hal tersebut, bertaubat kepadanya, dan mengganti puasa yang ia tinggalkan.” [AR. Ibnu Abî Syaibah (no.12577)]

📝قَالَ عَاصِمٌ: سَأَلْتُ جَابِرَ بْنَ زَيْدٍ أَبَا الشَّعْثَاءَ، فَقُلْتُ: أَبَلَغَكَ فِي مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ، مَاذَا عَلَيْهِ؟ قَالَ: «لَا، وَلَكِنْ لِيَصُمْ يَوْمًا مَكَانَهُ، وَيَصْنَعُ مِنْ ذَلِكَ مَعْرُوفًا»
‘Âshim berkata: aku bertanya kepada Jâbir bin Zaid Abusy Sya’tsâ. Aku katakan: “Apakah telah tersampaikan padamu tentang perkara orang yang berbuka puasa pada bulan Romadhôn, apa yang harus ia kerjakan?” ia menjawab: “Belum sampai kepadaku, akan tetapi hendaknya ia puasa sehari yang dimana ia tinggalkan, serta berbuat  perkara yang ma’ruf.” [AR. Ibnu Abî Syaibah (no.12575)]

🔴Dan pendapat menqodho puasa yang ia tinggalkan dengan sengaja adalah pendapat dari madzhab Asy-Syâfi’iyyah dan Al-Hanâbilah. Dan ini yang dipilih oleh Asy-Syaikh Ibnu Baz rohimahulloh, beliau mengatakan:
«أَمَّا الفِطْرُ بِالأَكْلِ وَالشُّرْبِ وَنَحْوُ ذَلِكَ لَيْسَ فِيْهِ كَفَّارَةٌ بَلْ فِيْهِ التّوْبَةُ إِلَى اللهِ وَالنَّدْم وَالعَزْم أَن لاَّ يَعُودَ فِي ذَلِكَ، وَكَثْرَةُ الاِسْتِغْفَارِ, مَعَ القَضَاءَ -قَضَاءُ اليَومِ الَّذِي أَفْطَرَهُ-.
“Adapun berbuka dengan makan, minum maupun yang semisal dengannya, tidak ada padanya kaffaroh, bahkan harus baginya untuk bertaubat kepada Alloh, menyesali perbuatannya, bertekad untuk tidak mengulang perbuatan tersebut, memperbanyak istighfar disertai dengan mengganti –mengganti yang ia berbuka.”  [lihat : http://www.binbaz.org.sa/noor/4602]
[16:01 22/06/2016] ‪+62 822-4552-****: 🔬Sebagian ahlul ‘ilmi memandang bahwa dalam permasalahan berbuka sengaja pada bulan Romadhôn harus membayar kaffaroh, karena alasannya sama dengan orang yang membatalkan puasa dengan jima’ yaitu menerjang kehormatan bulan Romadhon. Ibnu Hajar rohimahulloh mengatakan:
قَالَ بن بَطَّالٍ أَشَارَ بِهَذَا الْحَدِيثِ إِلَى إِيجَابِ الْكَفَّارَةِ عَلَى مَنْ أَفْطَرَ بِأَكْلٍ أَوْ شُرْبٍ قِيَاسًا عَلَى الْجِمَاعِ وَالْجَامِعُ بَيْنَهُمَا انْتَهَاكُ حُرْمَةِ الشَّهْرِ بِمَا يفْسد الصَّوْم عمدا وَقرر ذَلِك الزَّبْن بْنُ الْمُنِيرِ بِأَنَّهُ تَرْجَمَ بِالْجِمَاعِ لِأَنَّهُ الَّذِي وَرَدَ فِيهِ الْحَدِيثُ الْمُسْنَدُ وَإِنَّمَا ذَكَرَ آثَارَ الْإِفْطَار ليفهم أَن الْإِفْطَار بِالْأَكْلِ وَالْجِمَاع بِمَعْنى وَاحِدٌ انْتَهَى
“Ibnu Bathol mengatakan: mengisyaratkan hadits ini tentang wajibnya kaffaroh bagi orang yang berbuka puasa dengan makan, minum sebagai qiyas pada jima’. Dan yang menggabungkan diantara kedua perkara adalah pelanggaran terhadap kehormatan yang mengakibatkan rusaknya puasa secara sengaja. Dan telah ditetapkan hal tersebut oleh Az-Zain bin Al-Munayyir bahwasanya ia (Al-Bukhori) memberikan tarjamah dengan (tema) jima’ karena yang datang dalam hadits musnad tersebut, akan tetapi hanyalah disebutkan atsar-atsar berbuka, bisa difahami adalah bahwa berbuka dengan makan dan jima’ adalah maknanya satu. (selesai).” [lihat “Fathul Bâri” (4/161)].

⛏⛔Pendapat yang mewajibkan kaffaroh adalah pendapat dari madzhab Al-Hanafiyyah dengan syarat cara membatalkan dengan sesuatu makanan yang lewat mulut karena hal tersebut seseorang bisa melampiaskan syahwat perutnya sebagaimana ini semisal dengan orang yang melampiaskan syahwat kemaluannya dengan jima’. Ibnu Qudâmah rohimahullôh mengatakan:
حُكِيَ عَنْ عَطَاءٍ، وَالْحَسَنِ وَالزُّهْرِيِّ وَالثَّوْرِيِّ وَالأَْوْزَاعِيِّ وَإِسْحَاقَ أَنَّ الْفِطْرَ بِالأَْكْل وَالشُّرْبِ يُوجِبُ مَا يُوجِبُهُ الْجِمَاعُ.
أَمَّا مَا لاَ يُقْصَدُ بِهِ التَّغَذِّي أَوِ التَّدَاوِي كَبَلْعِ الْحَصَاةِ أَوِ التُّرَابِ أَوِ النَّوَاةِ وَنَحْوِهَا فَلاَ تَجِبُ فِيهِ الْكَفَّارَةُ عِنْدَ الْحَنَفِيَّةِ، وَكَذَا إِنْ بَاشَرَ دُونَ الْفَرْجِ فَأَنْزَل أَوِ اسْتَمْنَى
“Dihikayatkan dari ‘Atho, Hasann, Az-Zuhri, Ats-Tsauri Al-Auza’î dan Ishâq bahwasanya berbuka dengan makan dan minum mewajibkan padanya sebagaimana apa yang diwajibkan (bagi orang yang membatalkan puasa) dengan jima’. Adapun sesuatu yang tidak dimaksudkan dengannya makan atau berobat seperti menelan kerikil, tanah atau biji kurma atau yang semisalnya, maka tidak ada kewajiban kaffaroh menurut madzhab Al-Hanafiyyah, begitu juga bagi yang bersentuhan dengan perempuan tanpa di kemaluan kemudian keluar mani atau dikeluarkan maninya.” [lihat: “Al-Mughnî” (3/115)]
[16:02 22/06/2016] ‪+62 822-4552-****: 🔬⭕Sebagian Ahlul ‘ilmi berpendapat tentang  tidak wajibnya mengqodho’ puasa yang ia tinggalkan pada bulan Romadhon dengan sengaja. Yang pendapat ini merupakan mufrodât (sesuatu yang menyendiri) dari madzhab Hanâbilah, Al-Mardâwî Al-Hanbalî mengatakan:
وَاخْتَارَ الشَّيْخُ تَقِيُّ الدِّينِ لَا يَقْضِي من أَفْطَرَ مُتَعَمِّدًا بِلَا عُذْرٍ وَكَذَلِكَ الصَّلَاةُ، وقال لَا تَصِحُّ عنه... وهو من مُفْرَدَاتِ الْمَذْهَبِ.
“Asy-Syaikh Taqiyuddîn (Ibnu Taimiyyah) memilih untuk tidak mengqodho’ bagi siapa yang berbuka secara sengaja, begitu juga sholat, seraya berkata: tidak sah darinya ... dan ini termasuk dari mufrodât madzhab.” [lihat “Al-Inshôf”]

✔Ini juga yang dirojihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albânî rohimahulloh ketika beliau ditanya:
مَنْ أَفْطَرَ مُتَعَمِّدًا هَلْ يَنْفَعُهُ صِيَامُ التَّطَوُّعِ حَيْثُ لَا دَلِيْلَ عَلَى الفِطْرِ مُتَعِّمِد؟
Bagi yang berbuka (puasa) sengaja, apakah bermanfaat puasa tathowwu’; padahal tidak ada dalil untuk orang yang berbuka puasa secara sengaja?

Jawaban:
فَأَجَابَ: لاَ شَكَّ أَنَّهُ يَنْفَعُهُ كَالَّذِي قَدْ ضَيَّعَهَا كَثِيْرًا مِنَ الفَرَائِضِ فَيَنْفَعُهُ أَنْ يُعَوِّضَ مِمَّا فَاتَهُ بِصَلاَةٍ نَوَافِلَ، كَذَلِكَ الَّذِي أَفْطَرَ يَومًا مِنْ رَمَضَانَ مُتَعَمِّدًا فَلَا سَبِيْلَ لَهُ مِنَ القَضَاءِ وَهُوَ آثِمٌ بِأَشَدِّ الإِثْمِ حَتَّى يَتُوبَ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ تَوْبَةً نَصُوحًا. وَلْيُعَوِّضْ مَا فَاتَهُ مِنَ الحَسَنَاتِ بِسَبِبِ إِفْطَارِهِ فَلْيُكْثِرْ مِنْ نَوَافِلٍ حَتَّى يُعَوِّضَ شَيءٌ مِمَّا فَاتَهُ.
“Tidak diragukan bahwa hal tersebut bermanfaat baginya, seperti orang yang banyak menyia-nyiakan dari faroidh (kewajiban), maka bermanfaat baginya dengan dia mengganti dari apa yang telah lewat dengan sholat nafilah. Begitu juga dengan orang yang berbuka puasa di bulan Romadhôn dengan sengaja, maka tidak ada jalan baginya untuk mengqodho’, dalam keadaan ia telah berdosa dengan dosa yang besar sampai bertaubat kepada Allôh dengan taubat yang nashûha. Dan hendaknya ia mengganti dari apa yang ia lewatkan dari kebaikan dengan sebab berbuka puasa (dengan sengaja) dengan memperbanyak nafilah agar bisa mengganti apa yang telah ia lewatkan.” [lihat https://www.youtube.com/watch?v=Xii65wq-35w]
[16:03 22/06/2016] ‪+62 822-4552-*****: ☑Begitu juga Asy-Syaikh Muqbil Al-Wâdi’i rohimahulloh. Beliau pernah ditanya:
مَا حُكْمُ مَنْ تَرَكَ صِيَامَ يَومٍ مِنْ رَمضَانَ عَمْدًا هَلْ يَقْضِي أَمْ لاَ ؟
“Apa hukum orang yang meninggalkan puasa dari bulan Romadhôn secara sengaja, apakah harus mengganti atau tidak?
Jawab:
«إِلَى اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى ، أَمَّا القَضَاءُ فَلاَ نَلْزَمُ أَحَدًا بِالقَضَاءِ لِأَنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ : " فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ " مَا قَالَ وَمَنْ أَفْطَرَ عَمْدًا ، وَهَكَذَا وَرَدَ فِي السُّنَّةِ القَضَاءُ عَلَى الحَائضِ ، وَمَا ثَبَتَ عَنِ النَّبِيِّ - صلى الله عليه وعلى آله وسلم - يُضَافُ إِلَى هَذِهِ الأَشْيَاءِ .
أَمَّا المُتَعَمِّدُ فَعَليَه ِأَنْ يَتُوبَ إِلَى اللهِ ، وَهُنَاكَ حَدِيْثٌ نُنَبِّهُ عَلَيْهِ رَوَاهُ البُخَارِي فِي صَحِيْحِهِ تَعْلِيْقاً وَهُوَ ضَعِيْفٌ : «مَنْ أَفْطَرَ يَومًا مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ فَلاَ يَقْضِيْهِ صِيَامُ الدَّهْرِ »، أَوْ بِهَذَا المَعْنَى فَهَذَا الحِدِيْثُ ضَعِيْفٌ لِأَنَّهُ مِنْ طَرِيْقِ أَبِي المُطَوِّسِ» .
“(Urusannya diserahkan) kepada Allôh subhanahu wa ta’âla, adapun mengganti; maka tidaklah ada pengharusan untuk seorang pun untuk mengganti, karena Allôh ‘azza wa jalla mengatakan:
فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
“Barang siapa diantara kalian sakit atau safar, maka mengganti pada waktu yang lain.” Allôh tidaklah mengatakan “Barang siapa yang berbuka (puasa) dengan sengaja.”.
Begitu juga telah datang dalam as-sunnah tentang qodho’ diharuskan atas orang yang haidh. Dan apa yang datang dari Nabi shollallôhu alaihi wa ala alihi wa sallam disandarkan pada perkara-perkara ini.
Adapun orang yang sengaja, maka hendaknya ia bertaubat kepada Allôh. Dan disana ada hadits yang hendak kita beritahukan; yaitu apa diriwayatkan oleh Al-Bukhôri dalam shohihnya secara ta’lîq dan ini hadits yang dho’if:
«مَنْ أَفْطَرَ يَومًا مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ فَلاَ يَقْضِيْهِ صِيَامُ الدَّهْرِ »
“Barang siapa berbuka puasa sehari tanpa ada udzur, maka ia tidak bisa mengganti dengan puasa setahun.” Atau semakna dengan ini, maka hadits dho’if, karena dari jalur Abil Muthowwis.” [dari kaset “As’ilah min madînah al-Husainiyyah”]
[16:03 22/06/2016] ‪+62 822-4552-****: ✅📶Adapun Asy-Syaikh Ibnu Utsaimîn rohimahullôh memberikan perincian dalam permasalahan orang yang sengaja berbuka pada siang hari di bulan Romadhôn. Beliau rohimahullôh ditanya:
حُكْمُ الفِطْرِ فِي نَهَارِ رَمَضَانَ بِدُونِ عُذْرٍ؟
“Hukum berbuka (puasa) pada siang hari di bulan Romadhôn tanpa ada udzur?

Jawaban:
الفِطْرُ فِي نَهَارِ رَمَضَانَ بِدُونَ عُذْرٍ مِنْ أَكْبَرِ الكَبَائِرِ، وَيَكُونُ بِهِ الإِنْسَانُ فَاسِقاً، وَيَجِبُ عَلَيْهِ أَنْ يَتُوبَ إِلَى اللهِ، وَأَنْ يَقْضِي ذَلِكَ اليَوم الَّذِي أَفْطَرَهُ، يَعْنِي لَوْ أَنَّهُ صَامَ وَفِي أَثْنَاءِ اليَومِ أَفْطَرَ بِدُونِ عُذْرٍ فَعَلَيْهِ الإِثْم، وَأَنْ يَقْضِيَ ذَلِكَ اليَوْم الَّذِي أَفْطَرَهُ؛ لِأَنَّهُ لمَاَّ شَرَعَ فِيْهِ الْتَزَمَ بهِ وَدَخَلَ فِيْهِ عَلَى أَنَّهُ فَرْضٌ فَيُلْزِمُهُ قَضَاؤُهُ كَالنَّذْرِ،
“Berbuka pada siang hari bulan Romadhôn tanpa ada udzur adalah sebesar-besarnya dosa besar serta menjadikan orang tersebut menjadi fasiq. Dan wajib baginya untuk bertaubat kepada Allôh serta mengganti hari yang dimana dia berbuka puasa tersebut, yakni kalau seandainya dia puasa kemudian ditengah-tengah hari dia puasa berbuka tanpa ada udzur, maka baginya dosa serta mengqodho hari yang dimana dia berbuka puasa, karena ia telah melaksanakan puasa tersebut serta menetapi dan masuk (pada puasa tersebut) dalam keadaan meyakini hal tersebut adalah wajib, maka dia diharuskan untuk mengganti, (keadaan tersebut) seperti bernadzar.
[16:03 22/06/2016] ‪+62 822-4552-****: 🔹أَمَّا لَوْ تَرَكَ الصَّوْمَ مِنَ الأَصْلِ مُتَعَمِّداً بِلاَ عُذْرٍ فَالرَّاجِحُ أَنَّهُ لَا يَلْزَمُهُ القَضَاء، لِأَنَّهُ لاَ يَسْتَفِيْدُ بِهِ شَيْئاً، إِذْ أَنَّهُ لَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ، فَإِنَّ القَاعِدَةَ أَنَّ كُلَّ عِبَادَةٍ مُؤَقَّتَةٍ بِوَقْتٍ مُعَيَّنٍ فَإِنَّهَا إِذَا أَخَّرَتْ عَنْ ذَلِكَ الوَقْتِ المُعَيَّنِ بِلاَ عُذْرٍ لَمْ تُقْبَلْ مِنْ صَاحِبِهَا، لِقَولِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ» . وَلِأَنَّهُ مَنْ تَعَدَّي حُدَودَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَتَعَدِّي حَدُودَ اللهِ تَعَالَى ظُلْمٌ، والظَّالِمُ لاَ يُقْبَلُ مِنْهُ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: {وَمَن يَتَعَدَّ حُدُودَ اللهِ فَأُوْلَائِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ} . وَلِأَنَّهُ لَوْ قَدَّمَ هَذِهِ العِبَادَةَ عَلَى وَقْتِهَا أَيّ فَعَلَهَا قَبْلَ دُخُولِ الوَقْتِ لَمْ تُقْبَلْ مِنْهُ، فَكَذَلِكَ إِذَا فَعَلَهَا بَعْدَهُ لَمْ تُقْبَلْ مِنْهُ إِلاَّ أَنْ يَكُونَ مَعْذُوْراً.
“Adapun kalau ia meninggalkan puasa dari awalnya secara sengaja tanpa ada udzur, maka yang rojih adalah tidak diharuskan padanya qodho’, karena ia tidaklah mendapatkan faedah dengannya suatu apapun, disebabkan keadaan tersebut tidak diterima darinya (amalan). Kaedah pada hal ini: “Setiap ibadah yang ada jangka waktunya dengan waktu tertentu, maka apabila diakhirkan dari waktunya tertentu tanpa ada udzur, maka tidak diterima (ibadah tersebut) dari pelakunya.” Sebagaimana sabda Nabi shollallôhu alaihi wa sallam:
«مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ»
“Barang siapa melakukan suatu amalan yang tidak (contohnya) dari perkara kami maka itu tertolak.”
Karena dia (juga) adalah orang yang melampaui batas-batas Alloh ‘Azza wa Jalla, dan melampaui batas-batas Allôh ta’âla adalah orang yang dzolim, dan orang yang dzolim tidak diterima darinya (amalan), Allôh ta’âla berfirman:
{وَمَن يَتَعَدَّ حُدُودَ اللهِ فَأُوْلَائِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ}
“Barang siapa melampaui batas-batas Allôh maka merekalah orang-orang yang dzolim.”
Dan (alasan) yang lainnya adalah kalau seandainya dia memajukan ibadah ini dari waktunya yakni maksudnya adalah mengerjakannya sebelum masuk waktunya, maka tidaklah diterima, begitu juga melaksanakan ibadah setelahnya (dari waktu yang ditentukan) maka tidaklah diterima kecuali kalau ia adalah orang memiliki udzur.” [lihat “Majmû Fatâwa wa Rosâ’il Ibni Utsaimîn” (19/89-90)].

Bahkan Ibnu Rusyd rohimahullôh menganggap tidak wajibnya mengqodho puasa orang yang membatalkan puasa secara sengaja dengan makan dan minum adalah syâdz (nyleneh). Beliau rohimahullôh mengatakan:
أَمَّا مَنْ أَفْطَرَ مُتَعَمِّدًا فَلَيْسَ فِي إِيجَابِ الْقَضَاءِ عَلَيْهِ نَصٌّ، فَيَلْحَقُ فِي قَضَاءِ الْمُتَعَمِّدِ الْخِلَافُ الَّذِي لَحِقَ فِي قَضَاءِ تَارِكِ الصَّلَاةِ عَمْدًا حَتَّى خُرُوجِ وَقْتِهَا، إِلَّا أَنَّ الْخِلَافَ فِي هَاتَيْنِ الْمَسْأَلَتَيْنِ شَاذٌّ.
“Adapun orang yang berbuka (puasa) dengan sengaja, tidaklah ada pada pengwajiban qodho’nya baginya itu nash, maka hal tersebut diikutkan pada (permasalahan) pengqodho’an orang yang sengaja dengan perselisihan yang mengikutkan padanya qodho’ bagi yang meninggalkan sholat secara sengaja sampai keluar dari waktunya, akan tetapi khilaf (penyelisihan) dalam dua masalah ini adalah perkara yang syâdz.” [lihat “Bidâyatul Mujtahid” (2/64)]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar